Kelangsungan pelibatan media bunyi dalam memperluas

 


Kelangsungan Pelibatan Media Bunyi Dalam Memperluas Inspirasi Pembelajaran Dalam Kelompok  A 


Continuity of Involvement of Sound Media in Expanding Learning Inspiration in Group A



Disusun oleh 

Evi Efrina

Program Studi Teknologi Pendidikan,

Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Terbuka Palembang,

E-mail : eviefrina304@gmail.com



Abstrak 


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan media suara untuk meningkatkan perolehan inspirasi pada sekelompok anak muda dari Pembina Bunda Rupit Youth School. Inspirasi belajar remaja

harus digarap melalui media yang menarik bagi anak muda. Penelitian ini menggunakan jenis pemeriksaan

pengaturan pra-eksplorasi kuantitatif dengan memanfaatkan rencana pretest-posttest satu acara sosial. Subyek dalam penelitian ini adalah 16 anak dalam kelompok A. Metode pemilahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi/persepsi. Konsekuensi dari penyelidikan data terungkap adanya perbedaan ketika mereka diberi perlakuan dengan menggunakan media suara. Ini harus terlihat dari thitung>ttable (3.83>2.13). Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media suara sangat ampuh dalam memperluas inspirasi belajar pada anak-anak di kelompok A Pembina Bunda Rupit.


Kata kunci: media suara, inspirasi belajar




Abstract


This study aims to determine the feasibility of using sound media to increase inspiration in a group of young people from Pembina Bunda Rupit Youth School. Youth learning inspiration

must be worked out through media that appeal to young people. This study uses a type of examination

Quantitative pre-exploration setting utilizing a social event pretest-posttest plan. The subjects in this study were 16 children in group A. The data sorting method used in this study was perception/perception. The consequence of the investigation of the data revealed that there were differences when they were treated using sound media. This should be visible from tcount>ttable (3.83>2.13). The final results of this study indicate that the use of sound media is very effective in expanding learning inspiration for children in group A Pembina Bunda Rupit.


Keywords: sound media, learning inspiration 

PENDAHULUAN


Persekolahan merupakan bidang yang memiliki posisi penting dan kebutuhan esensial yang selalu menjadi isu nyata sepanjang zaman. Sejak lahir hingga saat ini, orang tidak diselamatkan dari pelatihan. Sebagaimana ditunjukkan dalam pasal 1 Peraturan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Sekolah Negeri (SISDIKNAS) yang dimaksud dengan:

Sekolah adalah pekerjaan sadar dan diatur untuk menciptakan lingkungan belajar


terlebih lagi, pengalaman yang berkembang sehingga anak-anak secara efektif menumbuhkan kemampuan mereka untuk memiliki kekuatan, kebijaksanaan, wawasan yang ketat, orang yang terhormat, dan kemampuan yang diperlukan publik tanpa bantuan dari orang lain, masyarakat dan negara (Layanan Pengarahan Umum.

2003: 3).

 Upaya menggarap yang sifatnya pembinaan, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), khususnya guru diharapkan dapat membangun potensinya selama ini.



 

latihan mendidik dan belajar. Dalam peraturan nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Persekolahan Umum disebutkan komitmen guru diatur dalam pasal 40 ayat (2). Pasal tersebut menyatakan bahwa guru dan staf sekolah berkewajiban untuk (a) menciptakan iklim instruktif yang signifikan, inventif, bodoh, dinamis dan dialogis, (b) memiliki kewajiban ahli untuk bekerja pada sifat pelatihan. Mencermati peraturan tersebut, tugas guru dalam pengalaman pendidikan memiliki arti penting yang signifikan, sehingga guru diharapkan memiliki pilihan untuk melengkapi pengalaman tumbuh yang bermakna, menyenangkan, imajinatif, dan diagonalistik.

PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan santai. PAUD pada jalur yang tepat tampak seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bangunan sejenis lainnya. PAUD pada jalur pendidikan nonformal muncul sebagai tempat berkumpul bermain (KB), tempat penitipan anak (TPA), atau struktur lain yang sebanding. Sekolah remaja pada saluran santai muncul sebagai pelatihan keluarga dan dikoordinasikan oleh wilayah setempat tempat tinggalnya. Selanjutnya, 

PAUD menjadi signifikan mengingat potensi pengetahuan dan esensi dari cara berperilaku individu yang dibentuk pada usia dini. Signifikansi periode ini, sehingga usia dini sering disinggung sebagai usia cemerlang (briliant age) menurut Sudrajat, 2005: 135 dalam Trianto (2011: 5).

Usia taman kanak-kanak adalah individu yang menarik, ia memiliki minat yang tinggi.


terhadap lingkungan sekitar. Namun, anak-anak juga memiliki kelemahan fokus yang cukup pendek. Oleh karena itu diperlukan inspirasi agar anak-anak dapat bertahan dalam kegiatannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut dapat tercapai dengan baik.

Pembelajaran instruktif di taman kanak-kanak berarti membantu membangun landasan menuju peningkatan perspektif, informasi, imajinasi, kemampuan dan merencanakan anak-anak untuk memasuki dasar-dasar sekolah dengan menciptakan kualitas yang ketat, mesin aktual, mental, bahasa, kecenderungan sosial, dan keahlian.

Pelaksanaan pelatihan tidak dapat dibedakan dari pengalaman yang berkembang. Pembelajaran harus diatur secara intuitif, bersemangat, menyenangkan, dapat memacu anak untuk tertarik secara efektif. Pengalaman yang berkembang tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan instruktur.

Guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Penyampaian materi hendaknya melibatkan model pembelajaran yang tidak menimbulkan kejenuhan bagi anak, sehingga anak tidak fokus mengikuti ilustrasi. Dengan demikian, agar anak tertarik mengikuti ilustrasi, diperlukan media sebagai alat bantu belajar. Sehingga anak-anak giat belajar dan dapat memperluas inspirasi belajar bagi anak-anak. Harus ada realisasi yang imajinatif, kreatif, sukses dengan tujuan agar anak merasa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, serta tugas media pembelajaran untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan untuk meningkatkan inspirasi belajar.



Seperti yang ditunjukkan oleh Hamzah B. Uno (2008: 23), inspirasi belajar anak muda dapat muncul dari inspirasi yang bersifat karakteristik sebagai keinginan untuk berhasil, penghiburan dan kebutuhan dalam belajar, serta harapan dan tujuan untuk apa yang ada di depan mata. Sedangkan extraneous inspiration menurut Hamzah B. Uno (2008: 23) adalah adanya apresiasi dalam pembelajaran, dan adanya latihan-latihan yang menarik dalam pembelajaran. Inspirasi belajar secara umum adalah dorongan bermain mental pada anak yang membuat latihan-latihan belajar dan memberikan bimbingan pada latihan-latihan belajar, agar anak maju serta menghayati dan menghayati belajar.

Inspirasi untuk situasi ini, menjadi dukungan khusus untuk meningkatkan dinamika pembelajaran di taman kanak-kanak untuk mendapatkan hasil yang luar biasa. Inspirasi belajar mempengaruhi latihan belajar dan keinginan untuk hasil belajar. Mata pelajaran yang diminati akan menyebabkan anak muda ingin terus menerus mempelajarinya, sehingga terasa lebih lugas daripada mata pelajaran yang tidak diminati. Oleh karena itu, penerapan media bunyi sangat penting dalam mewujudkannya sehingga dapat membangun inspirasi belajar anak, sehingga pengalaman yang berkembang berjalan dengan sukses dan target pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Mencermati penegasan di atas, tentunya pengaturan pendidikan remaja memegang peranan penting dalam perkembangan remaja.

Namun kendala yang sering dialami dalam merencanakan anak-anak kecil untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sekolah dasar, adalah tidak adanya semangat untuk belajar.


pada anak muda. Menurut Semiawan (2009:79), inspirasi belajar bukanlah sesuatu yang instan, melainkan diperoleh dan dibentuk oleh iklim. Peningkatan inspirasi belajar itu sendiri harus dirangkai, dan merupakan salah satu landasan mendasar yang mendorong manusia untuk berkembang, berkreasi dan maju untuk mencapai sesuatu. Berkenaan dengan penyusunan tujuan sekolah umum, salah satu bagian pembelajaran adalah anak-anak sebagai sasaran belajar sehingga setiap anak yang ingin mendapatkan kesuksesan yang langgeng dalam ujiannya benar-benar memiliki inspirasi untuk belajar. Hasil belajar akan ideal dengan asumsi anak memiliki inspirasi yang tepat.

Oemar Hamalik merekomendasikan bahwa pemanfaatan media pembelajaran dalam pengalaman mendidik dan menumbuhkan dapat menimbulkan kerinduan dan minat baru, menghasilkan inspirasi dan menjiwai latihan belajar, dan dalam hal apapun, menyambut efek mental pada anak-anak (Oemar Hamalik, 1989:

17).


Pemanfaatan media yang tepat dan terarah dapat dimanfaatkan sebagai alat persuasif dalam kegiatan mendidik dan pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan media suara merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu mengatasi masalah belajar anak dan media yang berhasil digunakan dalam pengalaman pendidikan dan pendidikan. Sehingga anak dapat dinamis dalam belajar dan dapat membangun inspirasi belajar anak, serta tujuan belajar dapat tercapai secara efisien.

Media suara memiliki kemampuan untuk mempersiapkan semua latihan perbaikan. 

 

 

 

Kemampuan terutama berkaitan dengan bagian-bagian kemampuan menyimak yang dapat dicapai dengan media suara melalui: memusatkan pertimbangan dan mengikuti pertimbangan, mengikuti judul, melatih penyelidikan daya, memutuskan makna dan latar, memilih data dan pemikiran, dan menyimpulkan, serta meninjau ulang dan data investigasi Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2013: 130). Dengan kemampuan media ini, anak-anak mendapatkan perluasan dalam pikiran kreatif dan dapat mempermudah anak-anak untuk memahami materi, sehingga media dapat menonjol bagi anak-anak, sehingga dalam belajar anak-anak tidak akan habis-habisnya.

Penggunaan media suara dalam pembelajaran diharapkan dapat membangun inspirasi belajar anak, karena media ini memiliki kemampuan atau keunggulan sehingga anak dapat dengan jelas memahami materi yang disampaikan oleh guru dan dapat menonjol bagi anak sehingga dapat memperluas inspirasi anak.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2013: 129) media bunyi untuk mendidik adalah materi yang mengandung pesan-pesan dalam struktur auditif (tali vokal atau pelat bunyi), yang dapat menggugah renungan, perasaan, perhatian, dan kemauan anak, sehingga menghasilkan suatu pengajaran. dan pengalaman yang berkembang. Sedangkan media bunyi menurut Arief S. Sadiman (2011: 49) merupakan wahana penyampaian pesan yang akan disampaikan dalam suatu struktur yang menghubungkan imaji-imaji auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/dikomunikasikan dalam bahasa) maupun non-verbal. -lisan.


Dilihat dari beberapa pandangan tentang media bunyi, maka dapat dikatakan bahwa media bunyi adalah media yang isi pesannya baru sampai melalui perasaan khalayaknya. Namun, apa yang dapat menggerakkan pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak, sehingga pengalaman mengajar dan mendidik terjadi. Media suara berfokus pada perasaan mendengar sebagai penerima pesan atau data yang dicontohkan dalam gambar atau pesan auditif. Dalam hal ini, media suara dapat membangun inspirasi belajar yang dinamis, sarat energi, dan kegembiraan untuk melonggarkan suasana, memberikan kemampuan iluminasi saat menghadapi kelelahan dan menghasilkan inspirasi untuk belajar. Untuk membuat kondisi belajar yang menyenangkan.


Mengingat pertemuan yang diarahkan oleh para ahli dengan instruktur di PAUD Pembina Bunda Rupit., dapat dipahami bahwa guru jarang menggunakan media suara dalam pengalaman yang berkembang. Guru menggunakan media suara hanya pada saat tumbling, sehingga penggunaan media suara kurang tepat sebagai metode dan sumber belajar anak.

Rendahnya inspirasi belajar di Gathering An pengurus Hukum Muda Bunda Rupit. masih rendah, terlihat saat latihan pembelajaran berlangsung, anak sulit untuk fokus dan berusaha mengabaikan guru yang sedang menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penilaian Elida Prayitno (1989: 10) yang merekomendasikan bahwa anak yang memiliki inspirasi rendah, anak muda menunjukkan keragu-raguan, cepat lelah, dan 

 


 

berusaha untuk tidak berkonsentrasi pada anak-anak muda yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan berusaha untuk berkonsentrasi dengan baik dan gigih, dalam keinginan untuk memperoleh hasil yang baik. Ciri-ciri anak yang memiliki inspirasi tinggi menurut B. Uno (2008: 23) adalah: keinginan sukses yang tiada henti, dukungan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan kerinduan akan masa depan, penghargaan dalam belajar, dan latihan-latihan yang menarik berkaitan dengan belajar. . Oleh karena itu, inspirasi belajar sangat penting untuk dimiliki oleh anak-anak. Sehingga pengalaman pendidikan dapat berjalan secara ideal.

Sementara menyebutkan fakta-fakta objektif di lapangan, keadaan tersebut ditemukan di Taman Kanak-Kanak Gathering A Pembina Bunda Rupit TK. sedangkan latihan mendidik dan pembelajaran di media kelas tidak dimanfaatkan secara ideal untuk pembelajaran di ruang belajar. Pembelajaran masih dikuasai oleh pengajar (fokus pendidik), hal ini tidak berubah bagi anak-anak. Model pembelajaran yang digunakan dalam setiap tindakan pembelajaran kurang lebih berbeda dalam pembelajaran. Media pembelajaran di sekolah belum dimanfaatkan secara ideal. Sedangkan media dan model pembelajaran memiliki arti penting dengan tujuan akhir untuk mencapai target pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencapai target belajar yang wajar adalah dengan memberikan dan menggunakan media pembelajaran pada setiap mata kuliah pendidikan dan latihan pembelajaran.

Pemanfaatan media pembelajaran di sekolah salah satunya dengan memanfaatkan media suara. Media suara dapat membantu anak-anak dan guru dalam memahami hakikat pembelajaran.


Penggunaan media tersebut dapat menumbuhkan minat, inspirasi belajar, dan keterhubungan anak dengan materi pembelajaran, sekaligus menghilangkan kepenatan dan efektif menyibukkan diri. Dengan tujuan agar target pembelajaran dapat tercapai dengan tepat. Media suara mempengaruhi TK. Dengan memanfaatkan media suara anak dapat mengetahui substansi materi dan dapat membangun inspirasi belajar anak.

Media bunyi telah diterapkan dalam pembelajaran inspirasi oleh para ahli terdahulu, salah satunya adalah hasil eksplorasi oleh ilmuwan Ika Wahyu Wiranti (2015) berjudul “Dampak Pelibatan Media Film Berenergi Terhadap Inspirasi Dalam Gathering B Keturunan Ikan TK Islam Melati Yogyakarta ". Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil komputasi uji-t menunjukkan nilai p sebesar 0,00 pada tingkat kepentingan

0,05. Nilai p < 0,05, dan artinya menoleransi dugaan adanya pengaruh kritis penggunaan media film bergambar terhadap inspirasi belajar pada anak kelompok B di TK Islam Fishes Melati Yogyakarta, ditunjukkan dengan derajat inspirasi belajar pada uji coba kelas dengan media film lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan media gambar.

Hal-hal yang telah dirujuk di atas menjadi landasan bagi spesialis untuk mengambil judul “Pemanfaatan Media Bunyi Dalam Memperluas Inspirasi Belajar Dalam Menghimpun Keturunan Paud Pembina Bunda Rupit”.


METODE PENELITIAN



Pemeriksaan ini digambarkan sebagai eksplorasi kuantitatif menggunakan transaksi ganda


 

rencana prates. Rencana pra-tes. Konfigurasi ujian yang digunakan adalah one gathering pretest-posttest plan. Dalam konsentrat ini hanya digunakan satu

kelompok   tanpa   ada kelompok   pembanding (Sugiyono, 2010: 111).

Macam-macam eksplorasi


Pemeriksaan ini menggunakan metodologi pencerahan kuantitatif.

Pengaturan umum Eksplorasi


Penelitian memang dilakukan di Paud Pembina Bunda, yang beralamat di Jalan lintas sumatera KM 7,5 muara Rupit,31654


Kelurahan Muara Rupit kec.rupit kabupaten musi rawas utara Waktu pelaksanaan penelitian mengikuti  kalender  Pendidikan  dengan mengambil  Semester   Ganjil  Tahun pelajaran 2022/2023.

Target/Subjek Penelitian


Pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prosedur pengujian nonprobabilitas, khususnya pemeriksaan yang efisien. Contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah sekumpulan 16 anak di Paud Pembina Bunda.


Prosedur


Sistem prosedur ini menggabungkan tiga tahapan, yaitu pretest, treatment (perlakuan), dan posttest. Tahapan-tahapan tersebut akan dimaknai sebagai berikut:

sebuah. Pretest (Sebelum Perlakuan).


Pretest diarahkan untuk memutuskan keadaan yang mendasari sebelum pengobatan. Tes dilakukan satu kali sebelum kegiatan (perawatan) selesai oleh instruktur menjelaskan materi yang akan dimajukan oleh anak.

 

Meskipun analis baru-baru ini meminta izin dari guru kelas untuk melihat anak-anak memahami selama ilustrasi, kemudian ahli mulai memperhatikan mentalitas anak saat mengikuti pembelajaran di kelas dan mensurvei inspirasi belajar anak-anak menggunakan lembar persepsi. Gerakan pretest ini dilakukan untuk mengetahui inspirasi yang mendasari pada anak sebelum diberikan treatment.

b. Perawatan (Pengobatan).


Pemanfaatan media suara dalam menentukan inspirasi belajar anak yang dilakukan sekali. Media suara ini berfungsi sebagai media untuk menjelaskan materi yang diperkenalkan oleh guru. Sarana untuk melaksanakan media bunyi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

sebuah. Langkah persiapan.


1) Menulis langsung berkonsentrasi pada spekulasi yang signifikan berkenaan dengan media pembelajaran bunyi yang akan digunakan.

2) Pemeriksaan bahan di  paud Pembina bunda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran.

3) Konsultasi  dengan  pihak  sekolah  dan pendidik bidang studi mengenai waktu penelitian, populasi, dan sampel  yang akan dijadikan sebagai subjek dalam penelitian.

4) Penyusunan   perangkat   pembelajaran yaitu berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH). 

 

5) Pembuatan   instrumen   penelitian   berupa lembar pengamatan untuk mengukur motivasi  belajar anak dan  dikonsultasikan kepada dosen ahli.

6) Persiapan Pendidik.


Persiapan  pendidik  diantarannya  sebagai berikut:

a) Pendidik        mempersiapkan        materi pembelajaran sesuai dengan RKH.

b) Pendidik terlebih dahulu mendengarkan dan mencermati media audio.

c) Pendidik    menyiapkan    alat-alat    dan bahan-bahan yang akan digunakan.

7) Persiapan kelas.


a) Pendidik   mempersiapkan   ruang   kelas agar nyaman digunakan saat belajar mengajar.

b) Pendidik  menyiapkan  radio  tape/  tapr recorder yang bisa digunakan untuk memutar kaset/CD pembelajar.

c) Pendidik   menyiapkan   alat   pendukung jika diperlukan.

d) Pendidik  menyiapkan/mengatur  tempat duduk anak agar semua anak dapat melihat, mendengarkan dengan baik.

e) Pendidik   menutup   pintu   agar   anak terhindar dari pandangan/suara yang mengganggu.

b. Langkah Inti.


Penyajian pelajaran dengan pemanfaatan media dan kegiatan belajar anak sebagai berikut:

1) Pendidik     menyampaikan     apersepsi kepada anak tentang materi yang akan dipelajari dalam media audio.

 

2) Pendidik  terlebih  dahulu  menjelaskan isi materi yang akan diperdengarkan melalu media audio.

3) Pendidik  membagi  anak  menjadi  tiga kelompok, yaitu kelompok angin, kelompok hujan dan kelompok petir.

4) Pendidik         menjelaskan         aturan permainan dan langkah-langkah kepada ketiga kelompok mengenai    media audio yang akan diperdengarkan.

5) Pendidik  memotivasi  anak  agar  aktif mengikuti media audio yang akan diperdengarkan.

6) Pendidik mengoperasikan media audio.


7) Pendidik   mengawasi   dan   membantu anak memahami materi yang disampaikan  melalui media  audio. Pendidik mengamati sikap dan ekspresi anak sebagai bahan evaluasi.

8) Pendidik     dapat     mematikan     dan menghidupkan kembali media audio pada bagian tertentu apabila diperlukan sesuai kebutuhan.

c. Langkah Penutup.


1) Pendidik mengulas kembali isi materi dalam media audio pembelajaran

2) Pendidik dapat melakukan tanya jawab ringan dengan anak seputar materi yang disampaikan dalam media audio.

3) Pendidik meminta anak untuk bertanya apabila ada hal-hal yang   belum anak pahami.

4) Membuat kesimpulan materi/isi media sesudah memberi evaluasi   kepada anak. 

 

c. Posttest (Sesudah Perlakuan).


Tes setelah perlakuan (posttest) bertujuan untuk mengetahui efektifitas media audio terhadap peningkatan motivasi belajar anak setelah pembelajaran menggunakan media audio. Hasil pretest dan posttest kemudian dibandingkan untuk mengetahui hasil perlakuan.

Langkah pelaksanaan posttest, yaitu peneliti mempersiapkan dan mengkondisikan anak agar anak merasa nyaman saat mendengarkan, dan menirukan kembali isi media audio.  Kemudian  kegiatan  akhir  yang dilakukan peneliti adalah:

1) Peneliti  mengolah  data  hasil  pretest  dan posttest, serta menganalisis instrumen yang lain seperti     lembar     observasi     atau pengamatan.

2) Peneliti  menganalisis  data hasil  penelitian dan membahas temuan penelitian.

3) Peneliti          memberikan          kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data.

4) Peneliti         memberikan         rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.

5) Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.


Data,  Intrumen,  dan  Teknik  Pengumpulan


Data

 

rencanakan secara metodis, khususnya persepsi langsung yang dibuat oleh penonton (penonton).

Strategi pemilahan informasi dalam penelitian ini harus dimungkinkan dengan persepsi (persepsi), menyelesaikan lembar persepsi dengan (benar-benar melihat daftar). Persepsi dalam ulasan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan program pembelajaran di sekolah atau di kelas, kualitas mata pelajaran ulasan ini dan pelaksanaan di kelas.

Prosedur pemeriksaan informasi


Teknik peneliti data 

Pemeriksaan informasi adalah gerakan yang dilakukan setelah informasi dari semua responden atau sumber informasi yang berbeda telah dikumpulkan (Sugiyono,

2013: 207). Strategi menyelidiki informasi dari persepsi menggunakan pemeriksaan kuantitatif yang jelas. Investigasi grafis ini digunakan untuk menangani efek samping dari apa yang sebenarnya terlihat pada persepsi daftar. Periksa informasi persepsi daftar menggabungkan inspirasi belajar. 

Analis menggunakan instrumen lembar persepsi saat diberikan perlakuan. Lembar Persepsi merupakan penyempurnaan dari panduan persepsi yang berisi seluk-beluk dari sudut pandang yang diperhatikan. Persepsi dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang motivasi belajar. Di mana observasi ini telah di 


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN                 Tabel 2. Peningkatan Pretest dan Posstest


 

1. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


Tabel 1. Pengujian Hipotesis dengan uji t.


No   Subjek    Pretest    Posstest   Gain     d2

 

No    Subjek      Hasil

Pretest

 

Hasil

Posstest

 

Perbedaa n Nilai Pretest dan Nilai 

 

                                                              (d)

   1        AP            73             96          23       529

   2        AA            72            101         29       841

   3        BA            81             98          17       289

   4         CP            70             91          21       441

   5        DP            72             99          27       729

   6        HH            74             91          17       289

   7        HS            72             96          24       574

   8         JH            70            100         30       900

   9        MR           72             97          25       625

  10       MA           72            100         28       784

  11       RE            71             97          26       676

  12       RK            72             99          27       729

  13       TA            71             94          23       529

  14       WT           76             96          20       400

  15       VS            72             97          25       625

  16       ND            78            100         22       484

 

                                                                 Posstest

   1         AP            73              96                23

   2         AA            72             101               29

   3         BA            81              98                17

   4         CP            70              91                21

   5         DP            72              99                27

   6         HH            74              91                17

   7         HS            72              96                24

   8          JH            70             100               30

   9         MR           72              97                25

  10        MA           72             100               28

  11        RE            71              97                26

  12        RK            72              99                27

  13        TA            71              94                23

  14        WT           76              96                20

  15        VS            72              97                25

  16        ND            78             100               22  

 

N=16            1168         1552      ∑d =

384

 

∑d2

=

9446

 

         Total             1168          1552             384

(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016) 

 

(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016)



Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil penelitian thitung>ttabel (3,83>2,13), maka hipotesis penelitian dinyatakan bahwa media suara berhasil memperluas inspirasi belajar pada anak-anak kelompok A Paud Pembina bunda. Informasi perluasan subjek penelitian pretest dan posttest sebagaimana tabel 2, sebagai berikut:

 


Data peningkatan nilai pretest dan posttest disajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 1, sebagai berikut:

 

Gambar 1. Outline Kenaikan Skor Pretest

terlebih lagi, Posttest

Berdasarkan Gambar 1 cenderung terlihat bahwa hasil pretest all out adalah 1168 dan hasil posttest mutlak adalah 1552. Sehingga cenderung diduga bahwa media suara sangat menarik dalam memperluas 

motivasi belajar pada anak Kelompok paud Pembina bunda. 

 

2. Pembahasan Penelitian


Pembahasan hasil penelitian ini membahas tentang efektifitas penggunaan media audio terhadap peningkatan motivasi belajar anak. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dan diberikan perlakuan sebanyak tiga kali menunjukkan adanya dampak positif dari media audio terhadap motivasi belajar anak. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil observasi atau pengamatan  motivasi  belajar  anak  yang meningkat dari hasil kegiatan awal (pretest) dan hasil kegiatan akhir (posttest). Dampak positif ini merupakan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian yang dilakukan.

Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan tempat pembinaan yang tepat bagi remaja. Pendidikan ini berfokus pada anak-anak berusia 4-6 tahun, dipisahkan menjadi dua kelompok. Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Pada dasarnya, anak-anak usia taman kanak-kanak adalah orang-orang baru, mereka memiliki minat yang tinggi terhadap faktor lingkungannya. Namun, anak-anak juga umumnya memiliki kelemahan fiksasi yang pendek. Kebutuhan akan semangat belajar agar anak dapat bertahan dalam kegiatannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut dapat tercapai dengan baik. Hamzah B. Uno (2008: 1) mengemukakan bahwa inspirasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Substansi inspirasi belajar adalah penghiburan lahir dan batin bagi anak-anak yang sedang mencari cara untuk melakukan perubahan perilaku.


Untuk mengetahui kemampuan anak untuk mendasari (pretest) analis memperhatikan tingkah laku anak yang meningkat dari awal tindakan hingga batas terjauh gerakan dengan evaluasi yang telah ditentukan sebelumnya. Konsekuensi evaluasi evaluasi setelah subjek telah mengambil bagian dalam setiap gerakan dari awal hingga batas terjauh dari tindakan dan digunakan sebagai pretest esteem. Setelah melakukan pretest, subjek eksplorasi diberikan treatment melalui penggunaan media suara.

Sebagai aturan, guru melakukan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran sehari-hari yang disiapkan oleh para ilmuwan. Pada setiap kegiatan akhir dilakukan penilaian oleh instruktur untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak dapat menginterpretasikan substansi materi yang diberikan pembelajaran dengan pendampingan yang baik.

Hasil eksplorasi terakhir setelah diberikan posttest menunjukkan adanya peningkatan inspirasi belajar anak dibandingkan dengan inspirasi belajar anak sebelum diberikan kegiatan. Subjek mendominasi materi yang diberikan mengingat anak mampu menjawab setiap pertanyaan yang ada di media suara maupun pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya, cara pandang yang diindikasikan sebagai aturan untuk menilai inspirasi belajar anak dapat dilakukan oleh anak dengan baik. Inspirasi belajar anak mengalami peningkatan yang sangat besar setelah diberikan treatment atau perawatan.

Menurut Hamzah B. Uno (2008: 3), istilah inspirasi berasal dari kata rasional yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri seseorang, yang menjadikan demonstrasi atau tindakan tunggal. Meskipun 

 

menurut Santrock (2007: 510) berpendapat bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Sedangkan ciri-ciri anak yang termotivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2008 : 23) adalah sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan dan adanya penghargaan dalam belajar, serta adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

Hasil perhitungan dengan menggunakan uji tanda, dengan α = 0,05 diperoleh T tabel = 2,13 dengan T hitung = 3,83. Hal ini menunjukkan bahwa media suara sangat ampuh dalam memperluas inspirasi belajar pada Gathering An keturunan dari kelompok ibu Pembina Bunda

Hasil akhir dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam Azhar Arsyad (2011: 24) mengenai salah satu manfaat media adalah membuat contoh lebih menarik bagi anak muda, sehingga mereka dapat mendorong inspirasi belajar. Penilaian ini dianut oleh Daryanto (2010: 48) yang mengungkapkan bahwa media suara mengingat model pembelajaran intuitif. Media suara bisa mengajak anak-anak muda untuk tertarik secara efektif, itu hanya virtual (pseudo). Padahal, hal ini cocok untuk pembelajaran pada anak TK karena bisa mendapatkan kritikan dari media suara itu sendiri hingga anak-anak.


Berakhir DAN Gagasan Berakhir

Mengingat hasil eksplorasi dan


Percakapan, cenderung beralasan bahwa media suara pada dasarnya layak untuk memperluas inspirasi belajar di Gathering An Keturunan Pembina Bunda Rupit Youth Schooling. Hal ini terlihat dari nilai posttest anak kelompok A setelah diberikan perlakuan menggunakan media suara. Sangat terlihat dari hasil perhitungan dengan uji t bahwa nilai thitung > ttabel (3,83 > 2,13) ditampilkan dengan nilai kepentingan (α) = 0,05. Maka sangat mungkin beralasan bahwa ada media suara yang menarik untuk menambah inspirasi belajar pada anak kelompok A paud Pembina bunda. Hasil penelitian ini, sesuai dengan hipotesis dalam penelitian, yakni efektifitas media audio terhadap peningkatan  motivasi belajar anak.

Saran


Saran      yang      diberikan      berdasarkan penelitian ini antara lain:

1. Bagi Sekolah.


a) Sekolah    dapat    lebih    mengoptimalkan fasilitas yang ada guna meningkatkan motivasi belajar anak.

b) Sekolah dapat memberikan informasi pada sekolah lain bahwa media audio efektif digunakan dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar anak.

2. Bagi Pedidik.


a) Diharapkan media audio ini dapat dijadikan sebagai   salah   satu   alternatif   pemilihan media pembelajaran       dala       proses pembelajaran bagi anak TK. 

 

b) Pendidik dapat menggunakan media audio untuk memaksimalkan    motivasi    anak Kelompok A di sekolah, khusunya di Paud Pembina Bunda.

3. Untuk Anak-Anak.


Diharapkan anak-anak mengetahui bagaimana memanfaatkan media suara agar materi lebih jelas dan dapat menumbuhkan inspirasi untuk belajar melalui inspirasi bawaan dan luar.

4. Untuk Eksplorasi Tambahan.


Disarankan untuk lebih mengarahkan eksplorasi pada media suara untuk membangun inspirasi belajar anak di sekolah dan menggarap hasil dari ujian ini. Untuk meningkatkan eksplorasi baru yang tepat.




DAFTAR PUSTAKA


Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Straegi, dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.


UU No. 20 Tahun (2003). SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Sinar Grafis Offset.


Sugiyono.  (2013).  Metode Penelitian  Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


Sugiyono.  (2010).  Metode Penelitian  Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


Santrock,  John W.  (2007).  Perkembangan  Anak.

Ahli  Bahasa:  Meitasari  Tjandarasa  dan

Muslichah Zarkasi. Jakarta: Erlangga.


Nana  Sudjana  &  Ahmad  Rivai.  (2013).  Media

Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru.


Ika Wahyu Wiranti. (2015). Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap  Motivasi  Belajar  Pada  Anak 


Kelompok B TK Islam Fishes Melati

Yogyakarta. Dalil. UNY.


Hamzah B.Uno. (2008). Hipotesis Inspirasi dan

Estimasi. Jakarta: Isi Bumi.


Elida Prayitno. (1989). Inspirasi dalam Belajar.

Jakarta: Depdikbud.


Azhar Aryad. (2011). Media Pembelajaran.

Jakarta: Rajawali Press.


Conny R. Semiawan. (2009). Penggunaan Mencari tahu bagaimana untuk Anak Muda. Jakarta: File PT.


Daryanto. (2010). Media Pembelajaran.

Yogyakarta: Gaya Media


Arief S. Sadiman. (2011) Media Pembelajaran: Pengertian, Peningkatan dan Penggunaan). Jakarta: Raja Rajawali Press.




Artikel berjudul : “ EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA ANAK KELOMPOK A”


Telah dipublikasikan pada : jumat,01 desember 2022/ 15:30 wib

Nama proseding/jurnal : Evi Efrina

Alamat Url :

“jurnalarticleilmiah6516.blogspot.com”


Komentar